Jumat, 24 Februari 2012

Operasi Pekat Sat Pol PP Sisir Pinggiran Tulungagung


Tulungagung | Jatimnet - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Tulunagaung saat menggelar Operasi Pekat kembali menunjukakan taringnya dengan melakukan petertiban dikalangan pelajar serta para WTS liar.
    Operasi yang berlangsung pada Jum'at/24/02/2012 dilakukan menyisir disekitar pinggiran Kota Tulungagung. Operasi tersebut langsung dipimpin oleh Kasi Ops SATPOL PP Tulungagung DWI HARY SUBAGYO dengan sasaran warung kopi serta daerah rawan diantaranya kawasan NGUJANG.
    Dalam opersai tersebut berhasil mengamankan 3 belajar serta 5 WTS. "Dalam operasi kali ini kita berhasil mengamankan 3 belajar yang bolos diluar jam pelajaran yaitu ASFAN EG pelajar SMAN 1 KARANGREJO, M. IGRO NUR PUTRA dari SMAN 1 KEDUNGWARU serta IRFAN NAHROWI dari SMK TAMANSISWA.
    Mereka terjaring operasi diwarung kopi LINA BOLOREJO Kuaman. Sedangkan untuk para WTS, berhasil di amankan 5 orang. disampaikan kepada Jatimnet oleh DWI HARY SUBAGYO yang ditangkap tersebut adalah wajah baru yang berasal dari luar kota.
    WTS yangtertangkap tersebut ASTUTI dari Trenggalek, SUNARTI dari Kota Blitar serta DARMI dari Lamongan. Mereka Oleh pihak SATPOL PP Tulungagung  dilakukan pendataan serta pembinaan. ungkap DWI HARY SUBAGYO disela-sela giat operasi pada Jatimnet.
    Ditempat terpisah, Mariaji Kasub DIKMEN DIKNAS Tulungagung ketika dikonfirmasi Jatimnet terkait terjaringnya 3 pelajar dalam opersai tersebut mengatakan bahwa SATPOL PP bekerjasama dengan DINAS PENDIDIKAN Kabupaten Tulungagung.
    Kerjasama tersenut untuk menertbkan para pelajar yang suka bolos serta untuk menciptakan disiplin dan antisipasi persiapan Ujian Nasiaonal. Kita bersama sekolah terkait akan melakukan pembinaan terhadap para siswa tersebut melalui BK" ujarnya kepada Jatimnet. (Bayu)

Kamis, 23 Februari 2012

Undangan Menulis Puisi

Untuk Pembuatan 
Buku Antologi Puisi Trenggalek 2012 
oleh Nurani Soyomukti pada 20 Februari 2012 pukul 10:06 •









 PASAR IKAN PANTAI PRIGI
(Puisi Muhammad Faizun)

Kapal-kapal tertambat
di dermaga pantai
Dengan ikan-ikan mengkilat
dari perut bumi

Warna-warna ikan lebih segar dari warna nelayan
yang kusut, lusuh, dan legam
Bukankah orang tua yang berbahagia
Ialah yang menjadikan anak lebih mulia!

Nelayan dan laut
adalah suami isteri
yang bercumbu dalam gelombang
dan melahirkan ikan-ikan

Di pasar ikan Pantai Prigi
Orang-orang berjubel
Menawar dan membeli
Lenyaplah semua sakit hati

Wiraswasta, pegawai negeri
kaya miskin, berjubel di sini
Karena kelas sosial hanya bermukim di rumah-rumah
Antara yang reot dan yang megah
Di pasar ikan
Kau seperti telanjang
Tak ada yang bisa kau banggakan
Selain rupa-rupa ikan

Ai, ai, buat apa kamu bersolek!
Ikan-ikan lebih cantik
Dari pada bibirmu yang merah hati

Ai, ai, buat apa bicara demokrasi!
Ikan-ikan lebih menarik
Dari pada mulutmu yang mulai basi

Di pasar ikan
Besar kecil rembulan jadi pembicaraan
Juga tinggi rendah gelombang
Berapa kwintal ikan yang tertangkap
Tergambar sudah berapa rupiah

Menunggu kapal berlabuh
membawa ikan ke daratan
Kau bagai menunggu kekasih
yang datang dari jauh
untuk kau pinang dari para nelayan

Trenggalek, Juni 2010



PENDAHULUAN
Contoh puisi di atas adalah salah satu puisi yang akan masuk dalam buku Antologi Puisi Trenggalek 2012. Pembuatan buku Antologi Puisi Trenggalek 2012 dimaksudkan untuk menerbitkan puisi-puisi karya orang Trenggalek dan bertema kehidupan sekitar Trenggalek.

TUJUAN
Karya ini dibuat dengan tujuan:
-          Mewadahi karya penulis puisi Trenggalek agar bisa mendapatkan ruang publikasi, sehingga akan tetap suka menulis dan mengembangkan proses kreatif kepenulisannya;
-          Mengangkat potensi sumber daya alam, tempat pariwisata, dan sumber daya manusia Trenggalek melalui tulisan dalam bentuk puisi;
-          Meningkatkan budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat Trenggalek.

PARA PENULIS
Para penulis dalam pembuatan Antologi Puisi Trenggalek ini adalah masyarakat Trenggalek yang akan diseleksi oleh tim seleksi yang terdiri dari sastrawan, budayawan, dan pendidik.

PERNYARATAN PENGIRIMAN KARYA PUISI
Bagi para penulis puisi yang ingin karyanya dimuat dalam Antologi Puisi Trenggalek 2012 harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
-          Penulis harus putra daerah Trenggalek, lahir di Trenggalek, bisa tinggal di Trenggalek atau di luar daerah Trenggalek;
-          Penulis tidak ditarik biaya alias gratis;
-          Karya yang dikirimkan ke panitia maksimal minimal 3 puisi, maksimal 5 puisi;
-          Topik puisi yang dikirimkan ke panitia bertema seputar daerah Trenggalek atau berciri khas kebudayaan Trenggalek, misalnya tentang tempat, tokoh, sejarah, harapan, kenangan, yang berkaitan dengan Trenggalek;
-          Penulis yang boleh mengirimkan karyanya minimal berumur 17 tahun, maksimal tak dibatasi;
-          Penulis menyertakan foto kopi identitas diri (KTP, dll) dan kurikulum Vitae

TIM SELEKSI:
-          Prof. Andrik Purwasito
-          Bonari Nabonenar
-          Nurani Soyomukti
-          Sri Purnanto

PENGUMPULAN  DAN PENGIRIMAN PUISI
-          Puisi yang diikutsertakan dalam antologi ini dikirimkankan ke panitia dengan alamat: Perum Asabri Blok M No 10 Karangsuko Kec./Kab. Trenggalek (HP. 081334502116) atau bisa dikirim lewat email dengan kartu identitas (KTP,dll) dikirim dalam bentuk scanned JPG ke: soyomuktinurani@gmail.com;
-          Pengiriman ditunggu paling lambat 30 Maret 2012.

APRESIASI KARYA
Karya akan diterbitkan paling lambat 30 Juni 2012 dan akan dilaunching dalam acara RESITOL PENYAIR TRENGGALEK sebagai bagian dari acara Peringatan hari Jadi Trenggalek 31 Agustus 2012.



Sabtu, 18 Februari 2012

Membubarkan Ormas Radikal ?

 
 Oleh : NURANI SOYOMUKTI,
Periset di Patria Institute
Anggota jaringan Sarikat Muda Intelektual Nusantara (SaMIN)
Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Islam Blitar (UIB).
------------------------------------------------------------
Ormas (organisasi kemasyarakatan) sebenarnya adalah bagian dari demokrasi karena semakin banyak orang yang berserikat dan berkumpul maka semakin banyak aspirasi dan preferensi dari bawah yang tersalurkan.
    Belajar dari pengalaman dan depolitisasi massa rakyat oleh Orde Baru selama 32 tahun, terbatasnya Ormas memang akan membawa  pada “kematian demokrasi”.
    Kehendak rakyat ditumpulkan, Soeharto dan kroninyapun dengan sesuka hati  menjalankan pemerintahan secara koruptif dan opresif.
    Bukan demokrasi kalau tidak menunjukkan dilemanya. Faset  kebebasan  yang terbuka membuat banyak organisasi massa tumbuh bagai jamur di musim hujan.
    Tetapi apakah kehidupan demokrasi semakin membaik dan kehendak rakyat (dalam makna sejatinya) telah tersalurkan dan dipenuhi?
    Kini pemerintah berencana  menindak organisasi kemasyarakatan (ormas) berhaluan radikal. Kalau yang  dimaksud radikal di sini adalah mereka yang sering melakukan gerakan melanggar hukum seperti tindakan anarkis, intimidasi, perusakan, kekerasan, serta ancaman terhadap pihak lain.
    Maka itu dapat dibaca sebagai bagian dari upaya menegakkan hukum sebagai bagian dari demokrasi itu sendiri.
    Langkah itu memang  perlu segera direalisasikan karena saat ini telah muncul beberapa ormas yang berhaluan radikal dengan menjadikan organisasinya sebagai pemegang dan eksekutor kebenaran absolut.
    Ormas ini menjadikan simbol-simbol primordialitik yang berbau SARA sebagai justifikasi atas berbagai gerakannya.
    Selama pemerintah mengacu pada upaya untuk menindak organisasi yang mempertentangkan erakannya dengan kehidupan multicultural, keberagaman yang tak dapat dibantah sebagai bagian dari realitas ke-Indonesiaan, nampaknya ada muatan pencerahan bagi rakyat.
    Masalahnya, di tengah arus deras globalisasi yang membawa dampak peminggiran kesejahteraan komunitas, gerakan yang mengagungkan kelompok sendiri tidak lagi relevan.
    Pertama-tama, kita butuh solidaritas yang dapat menyatukan berbagai komunitas yang ada yang semuanya terpinggirkan secara ekonomi-politik.
    Kedua, organisasi massa yang hanya menonjolkan sentiment sempit berdasarkan kelompok kesukuan, keagamaan, dan rasial bukan hanya memperlemah kesadaran dan kekuatan rakyat untuk bangkit menghimpun tenaga produktif yang semakin tumpul akibat serangan globalisasi.
    Sentiment sempit dan palsu tersebut justru memundurkan kesadaran dan analisa objektif rakyat untuk melihat masalah dan menyelesaikan persoalan.
    Primus interpares! Itulah prinsip yang digunakan oleh organisasi yang hanya mengunggulkan kelompok dan secara radikal mengarahkan serangannya tanpa pertimbangan objektif.
    Anggota kelompok menganggap dirinya lebih baik dari pada kebanyakan anggota kelompok lain. Yang jelas, ada sebab-sebab historis yang menyebabkan terjadinya keretakan itu, hingga paham monokultural yang berupa semangat yang anti demokrasi seperti sentimen antar suku, agama, dan bangsa semakin meningkat.
    Di dalamnya ada klaim-klaim sempit tentang kebenaran (truth-claims) dan klaim-klaim validitas (validity-claims) yang menyempitkan pengalamannya itu yang menjadi energi dahsyat dalam menjelmakan tragedi dalam hubungan antar manusia.
    Kerap kali agama, ideologi, politik, dan ekonomi, serta rasialisme menyatu membentuk pendefinisian diri, menimbulkan anggapan bahwa yang lain sebagai “mereka” (they, dengan “t” huruf kecil) yang berbeda dengan “Kita” (We, dengan “W” huruf besar).
    Bisa disaksikan meluapnya genangan darah sepanjang sejarah karena berbagai perbedaan yang dipertegas melalui gerakan ormas radikal. Kemesraan hilang, muncul milisi-milisi sipil, bom, dan pedang!
    Akan tetapi kita harus kritis dengan tindakan pemerintah dalam mempersepsikan tentang keberadaan Ormas radikal ini. Jangan sampai upaya penindakan terhadap organisasi radikal adalah bagian dari rencana  besar untuk menumpulkan gerakan massa yang  merupakan bagian dari demokrasi.
    Bagi kehidupan demokrasi, keberadaan organisasi yang hanya menekankan pada analisa sempit dengan didasari pada anggapan bahwa kelompoknya yang benar adalah sangat berbahaya, apa lagi kalau cara mewujudkan ‘kebenaran’-nya dilakukan dengan cara kekerasan dan anarkisme.
    Organisasi massa seperti itu memang sudah tak lagi relevan dalam masyarakat modern, juga tidak memiliki efek pencerahan (enlighting effect) bagi masyarakat yang semakin hari kesadarannya semakin apatis melihat nasibnya yang tak juga kunjung berubah.
    Apolitisme dan apatisme masyarakat akan menguntungkan rejim yang berkuasa karena tidak akan mampu mengontrol kebijakan yang merugikan rakyat.
    Bahkan rakyat akan menurut saja ketika pemerintahan semakin memundurkan dan menghancurkan bangsa untuk kekayaan mereka sendiri dengan cara bekerja sama dengan modal asing. Radikalisasi massa sebagai takdir sejarah kadang tidak bisa dihindari.
    Tetapi seharusnya bukan dalam bentuk gerakan yang memperjuangkan kelompok dengan klaim-klaim ideologis yang sempit dan berdasarkan kelompok (keagamaan, kesukuan, dll), tetapi yang disandarkan  pada perjuangan untuk menuntut kesejahteraan dan melawan penindasan kekuasaan.
    Dalam sebuah epos sejarah masyarakat, gerakan massa radikal yang melibatkan massa besar dengan tuntutan maju, yang dapat memobilisasi massa dengan kesadaran  yang maju dan menginginkan perubahan yang mendasar, kadang tak terelakkan.
    Kita kembali dapat belajar dari kasus kenapa Soeharto jatuh di tahun 1998. Awalnya  dimulai  oleh gerakan radikal, yaitu yang ingin perubahan mendasar (radical change), tetapi gagal.
    Gagal karena oknum-oknum organisasi radikal yang hanya ingin memperjuangkan kelompoknya sendiri. Gagal karena gerakan organisasi itu memanipulasi kesadaran massa yang sudah maju, dimundurkan lagi ke kesadaran sentimental keagamaan, kesukuan, dan dimanfaatkan oleh kekuatan lama untuk menyelamatkan kekayaannya yang direbut dari rakyat selama 32 tahun.
    Reformasipun hanya membuahkan konflik keberagamaan, kesukuan, dan disintegrasi bangsa.
    Dari kasus dan analisa sejarah seperti itulah seharusnya kita menilai upaya pemerintah untuk menindak organisasi-organisasi radikal. Juga belajar dan waspada pada sejarah yang objektif, radikalisme adalah bagian dari terbukanya ruang demokrasi.
    Tetapi jika yang menonjol  kemudian adalah organisasi dan gerakan yang anti-demokrasi dan bahkan diiringi dengan tindakan bar-bar, maka hal itu memang  harus ditindak tegas.***
Catatan Redaksi : Juga dimuat di Jurnal Nasional.

Jumat, 17 Februari 2012

Operasi Pekat Hari 'Valentine' Bocor


Tulungagung | Jatimnet - Hari Kasih Sayang (Valentine Day) biasa dimanfaatkan untuk saling menyangi, namun sayang yang dimaksud sering hanya soal cinta dengan bukti nyata, bukan rasa cinta dalam arti kasih sayang yang lain.
    Saat Valentine Day (VD) yang datang tiap tanggal 14 Pebruari menjadi agenda pula bagi pihak Kepolisian Resort Tulungagung untuk mengikis Pekat (Penyakit Masyarakat), terutama dunia prostitusi.
    Operasi yang dicanangkan  untuk digelar saat berlangsung VD, sangat disayangkan rencana tersebut bocor sebelum operasi digelar, sehingga target yang diharapkan tak terpenuhi.
    Operadi pekat yang langsung dipimpin Kasi Siwas Iptu Suparnianto, malam itu disertakan Jatiment Visual Mandiri mengambil sasaran terhadap hotel yang ada di Kabupaten Tulungagung. Karena rencana bocor, hanya berhasil menangkap dua pasangan mesum.
    Dikatakan Iptu Suparnianto, bahwa malam itu dari Hotel Srikandi yang ada di Ngunut berhasil menangkap SG (25) asal Udanawu Bblitar berpasangan dengan NF(23) juga fari Udanawu.
    Iptu Suparnianto kepada Jatimnet mengatakan bahwa tangkapan pasangan lainnya adalah AD (28) status duda asal Pagersari Kalidsawir dengan pasangannya LL (25) status janda asal Wates Sumbergempol Tulungagung.
    Penyisiran untuk mengikis Pekat di Tulungagung, dikatakan oleh Iptu Suparnianto dilakukan secara rutin  sehingga Tulungagung bisa berkuran dari Pekat (Judi, Prostitusi dan Minuman Keras).
    Operasi ini adalah program rutin polrfes dalam rangka menertipkan serta untuk mengikis habis penyakit masyarakat”terangnya pada Jatimnet Visual Mandiri.(Kasan)

Kamis, 16 Februari 2012

Polsek Ngantru Tangkap Pengecer Togel

Tulungagung | Jatimnet -Mugi Santosa (32) warga Dusun Mayangan Srikaton Kecamatan Ngantru Kabupaten Tulungagung 16/02 sekitar pukul 11.30 lalu ditangkap pihak Kepolisian Sektor Ngantru. Info yang diperoleh Jatimnet, Penangkapan tersebut ketika Mugi sdang bertransaksi Togel.
    Peredaran Togel (Toto Gelap) di Tulungagung masuk kategori Pekat (Penyakit Masyarakat) dari unsur judi, berkali-kali dibasmi namun masih ada yang nekat menjalani perjudian tersebut. Untuk mengankan transaksi, banyak cara yang ditempuh.
    Cara-cara yang dilakukan, hasil pantauan Jatimnet, ketika pengecer melakukan setor kepada pengepul, uang disamarkan, diantaranya dimasukkan ndidalam kelontongan pak pembungkus rokok. Sedang cara lain yang lebih modern dengan melakukan transfer lewat rekening bank.
    Untuk yang melakukan tranfer lewat rekening, biasanya dilakukan sekitar pukul 16.10 wib. Sehingga pada jam buka togel (Senin, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu)  pada jam jam tersebut akan terjadi lonjakan pentransfer-an dana antar bank yang dikendalikan dari ponsel.
    Mugi, yang lama menjadi incaran kepolisian, akhirnya berhasil ditangkap berikut barang bukti berupa uang dan rekapan nomor dari penombok (Pembeli). Mugi yang menganut kemajuan tehnologi, data rekapan nomor tidak ditulis di kertas rekapan namun disimpan pada folder yang ada di hp miliknya.
    Tertangkapnya Mugi, dibenarkan  kepada Jatimnet oleh AKP Ilyas Kapolsek Ngantru melalui Aiptu Joko Wahyono selaku Kasi Humas Polslek Ngantru. Dikatakan juga bahwa pihak Polsek Ngantru senantiasa berupaya menindak segala jenis pelanggaran diwilayah kerjanya, termasuk judi togel.(San)

Aksi Tanam Sejuta Pohon Di G Orak Arik

“Trenggalek lambangnya Gunung. Orang Trenggalek semangat dan karakternya sekokoh gunung, mengakar ke tanah, tak roboh diterjang angin. 
Memberi pertumbuhan pada kehidupan”, ucap pak Prof. Gendut Suprayitno dalam sambutannya. Itu adalah bagian dari seremonial acara Sambutan Aksi Sejuta Pohon di Gunung Orang-Arik Trenggalek.
Pak Gendut menguarikan sambutannya dengan menekankan bahwa manusia adalah bagian dari alam (kosmos) yang seharusnya harus memperhatikan alam.
    Saya jadi terngiang dengan konsep filsafat alam yang pernah saya tulis dalam buku “Pengantar Filsafat Umum” (dimana Pak Gendut juga memberikan kata pengantar di buku tersebut). Bencana-bencana alam yang seringkali terjadi adalah tanda bahwa manusia modern telah gagal untuk mengatur keseimbangan lingkungan.
    Sehingga lingkungan alam  justru menjadi ancaman bagi manusia itu sendiri. Kondisi kekacauan lingkungan yang diakibatkan oleh adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara historis dan filosofis sesungguhnya berakar pada pandangan  kefilsafatan kapitalisme Barat  yang menempatkan manusia sebagai segala-galanya, sebagai pusat (antroposentrisme). Sehingga dialektikanya dengan alam senantiasa diabaikan.
    Lingkungan tidak dilihat sebagai suatu  bagian dari kemanusiaan, tetapi suatu diluar yang dapat dieksploitasi secara terus-menerus. Hal ini sesuai dengan pernyataan “maitres et possesseurs de la nature” (kita semua adalah tuan-tuan dan pemilik alam semesta), yang diungkapkan Descartes.
     Saya juga ingat seorang filsuf bernama Francis Bacon (1561-1626) yang melahirkan filsafat reduksionis terhadap alam, ia adalah  “nabi” peradaban Barat modern. Ia menekankan kontrol manusia atas alam; alam adalah untuk melayani umat manusia dan untuk kemajuan.
    Sehingga tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menjadi alat bagi kepuasan manusia: “Pengetahuan adalah kekuasaan”. Pemikiran itu dipengaruhi oleh pendekatan positivistik yang memakai keyakinan pada objektivitas dan netralitas pengetahuan ilmiah, yang didasarkan pada dikotomi kaku antara pengamat (subjek) dan yang diamati (objek).
    Akibatnya adalah munculnya prinsip-prinsip yang merasuki para pengamat dan praktisi-praktisi sosial berupa pembagian (division), hirarki, dan penyingkiran (exlusion)—prinsip-prinsip yang membuat penelitian ilmiah bisa diubah menjadi agen kontrol yang sangat bak.
    Eksploitasi  besar-besaran terhadap alam merupakan hasil dari prinsip dan mekanisme hirarki dan penyingkiran yang merasuki mental dan cara berpikir manusia modern.
    Prof. Gendut adalah putra kelahiran Trenggalek yang telah menjadi guru besar di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Bapak berputra satu kelahiran Sumbergedong ini adalah pengagas acara Aksi Tanam Sejuta Pohon yang ditindaklanjuti oleh Alumni SMAN 1 Trenggalek angkatan 1980.
    Bekerjasama dengan Departemen Kehutanan RI, acara ini terselenggara untuk mendukung program pemerintah dalam rangka melakukan penghijauan kembali hutan (reforestasi) sebagai komitmen pemerintahan RI bersama Negara-negara lain dalam mengatasi masalah pemanasan global.
Indonesia sebagaimana pertemuan KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen Denmark beberapa tahun lalu telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas sebesar 26%.
    Salah satu caranya adalah menggalakkan penanaman pohon yang telah dikampanyekan secara nasional melalui program “One Man One Tree” (OMOT) atau Sak Uwong Sak Uwit (SUSU).
    Alumni Trenggalek nampaknya menyadari betul bahwa sebagai orang-orang yang telah berperan di luar daerah  dengan profesinya masing-masing, mereka harus tetap peduli pada tanah kelahiran.
    Pak Gendut  sebagai Ketua IKAT (Ikatan Keluarga Alumni Trenggalek) Jakarta tampaknya menyadari bahwa Trenggalek juga punya potensi untuk menyumbangkan wilayahnya untuk mendukung program mengurangi emisi gas melalui kegiatan mengerahkan tenaga menanami tanah-tanah yang gundul agar bisa hijau kembali.
    Trenggalek memang dikenal dengan mountainous area dengan jumlah daerah pegunungan 70% (dataran seluas 30%). Ada banyak  gunung yang perlu untuk dirawat dan sebagian dihijaukan kembali.
    Di kecamatan Trenggalek saja ada gunung-gunung yang mau tak mau harus diperhatikan, seperti Gunung Tempel (di desa Ngares), Gunung Ja’as (Ngantru), Gunung Cumbri (Surondakan), Gunung Cilik (Surondakan), Gunung Kucur (Rejiwangun), Gunung Sinawang, Gunung Orak-Arik, dll. Gunung-gunung ini harus dimanfaatkan sebagai penjaga keseimbangan ekosistem, harus dimanfaatkan sebaik mungkin, dirawat, dan dijaga kelestariannya.
    Aksi Tanam Sejuta Pohon ini layak untuk dilakukan lagi. Kalau hari ini yang melakukan adalah alumni SMAN 1 Trenggalek angkatan 1980, selanjutnya menunggu alumni angkatan lain. Bahkan bukan hanya dari SMAN 1 Trenggalek saja yang diharapkan.
    Ada banyak sekolah di Trenggalek, alumninya bisa peduli dengan mengadakan kegiatan positif dengan visi ekologis seperti yang baru saja dilakukan.
    Meskipun kegiatan di Gunung Orak-Arik masih lebih banyak waktu yang terbuang untuk acara seremonial, setidaknya kegiatan ini  bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Sudahkan kita peduli pada bumi Minaksopal?***
Penulis : Nurani Soyomukti (Enes Mukti)
Jurusan Hubungan internasional di SOCIAL AND POLITICS STUDY
Menetap di Trenggalek Jaw Timur

Sabtu, 11 Februari 2012

PSK Gunung Bolo Bayar Upeti ?

Tulungagung | Jatimnet - Satpol PP Kabupaten Tulungagung tanggal 10 Pebruari lalu melakukan operasi pekat dari pukul 21.00 hingga 23.00
    Operasi pekat malam itu, dipimpin langsung oleh Heri sekalu Kasi OPS Satpol PP Tulungagung. Sasaran operasi adalah Pasar ngemplak,gunung bolo serta ngujang.
Kepada Jatimnet Heri mengatakan bahwa saat operasi digelar berhasil menangkap beberapa WTS .
    WTS tersebut mengaku bernama Yayuk dan Sutin serta Sumiyah asal Blitar, Lilik dari trenggalek, serta Erna asal Jombang juga Alifiah  asal Ponorogo, dan Yayuk dari Nganjuk
Ketika di Gunung Bolo.
    Beberapa warga sekitar makam cina bahwa digunung Bolo lokalisasi WTS ilegal sudah cukup lama keberadaannya dan pihak Pemerintah Kabupaten dan lembaga terkait tidak dapat membersihkannya.
    Di lokalisasi pelacuran mematok tarif Rp 10 ribu sekali kencan, perolehan tersebut dipotong Rp 2 ribu yang membekingi keberadaan pelacuran.
Pengakuan salah seorang WTS yang tertangkap yang menarik upeti uang keamanan adalah oknum TNI serta beberapa preman.(San)
Lihat video operasinya disini.

Rabu, 08 Februari 2012

Masjid At-Taqwa Sunan Giri Mulai Dibangun

Tulungagung | Jatimnet - Wakil Bupati Tulungagung Mohammad Athiyah, S.H Selasa, 7 Februari 2012 pagi melakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid At-Taqwa Sunan Giri SMAN 1 Kalidawir Kecamatan Kalidawir yang didahului dengan penandatangan prasasti.
    "SMAN 1 Kalidawir adalah SMA yang termasuk muda di Kabupaten Tulungagung dan saat ini belum memiliki sarana ibadah, hal ini disebabkan faktor biaya dan lokasi yang sangat terbatas,
    Langkah ke depan setelah selesai dibangun dan difungsikannya masjid ini diharapkan menjadi sentra kegiatan para siswa. Kegiatan tersebut diantaranya adalah untuk kajian keagamaan, peringatan har-hari besar agama Islam.
    Fungsi tersebut adalah pelengkap dilakukannya sholat wajib berjamaah serta diharapkan juga bisa dimanfaatkan oleh warga masyarakat lingkungan sekitar sekolah," ujar Wawan. pada Jatimnet.
    Lebih lanjut Wawan juga mengatakan bahwa untuk perencanaannya masjid yang berada di lahan tempat parkir ini memerlukan dana sekitar Rp 150 juta. "Panitia pembangunan masjid memohon doa restu dan dukungan semua pihak agar pembangunan segera selesai, ujarnya kepada Jatimnet
    Dikatakan juga oleh Wawan. bahwa panitia yakin dari dukungan semua pihak tersebut, pembangunan masjid akan segera terwujud dalam waktu dekat. sedangkan dana ada selama ini berasal dari infaq para alumni SMAN 1 Kalidawir.
    Dana juga diperoleh dari guru dan karyawan serta karyawati SMAN 1 Kalidawir, wali murid, dan sumbangan dari komite sekolah maupun kegiatan Jum'at amal dari masing-masing siswa yang setiap bulannya sekitar Rp. 400 ribu sampai dengan Rp. 500 ribu," imbuhnya.
    Pembangunan masjid ini dimulai pada bulan juni 2008 lalu yang diawali dengan pembangunan dak seluas 169 m2 dan telah menelan biaya kurang lebih sekitar 75 juta.
    Pembangunan dak tersebut sekaligus sebagai pondasi masjid, pembangunan dak tersebut dilakukan panitia karena kondisi geografis SMAN 1 Kalidawir, yang memiliki tanah yang miring sehingga berdampak pada setiap pembangunan gedung pasti memerlukan biaya besar.
    Disampaikan juga kepada Jatimnet bahwa untuk bangunan Masjid memiliki luas 13 x 16  dilengkapi dua kamar mandi dan tempat wudlu. Masjid nantinya untuk mencukupi kegiatan keagamaan murid yang jumlahnya sekitar 650 siswa. (Bayu)

Selasa, 07 Februari 2012

Tulungagung Ada Buto Ijo

Tulungagung | Jatimnet Online - Kuliner baru mulai bermunculan di Tulungagung, Es butho ijo kuliner anyar yang mempuyai nama cukup menghebohkan seperti dalam dongeng cerita serial TV Buto Ijo.
    Ternyata kuliner antik tersebut rasanya tidak sangat hot seperti buto ijo. Dengan racikan rasa khas dengan bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia maupun pengawet makanan.
     Dengan pembuatan sirup sendiri memilih warna hijau dari panadan wangi sereta gula pasir tanpa memberi pemanis buatan, menjadikan es buto ijo memiliki citarasa yang alami yang terasa segar ketika dikonsumsi dengan aroma khas pandannya.
    Kenikmatan dan segar alami es buto ijo bisa ditemui Jatimnet didepan pasar burung Beji dengan harga jual Rp 4 ribu tiap porsi, kian hari kian banyak diminati. Hari, penjual es buto ijo tersebut kepada Jatimnet mengatakan  bahwa dirinya membuka dagangan antara jam 09.00  - 10.00.
    Hari kepada Jatimnet juga mengatakan bahwa dirinya yang menjual es buto ijo berpusat di Kediri tersebut menerima pesanan untuk hajatan. es buto ijo menurut Hari, untuk area 1 kecamatan hanya boleh ada 1 penjual. (Bayu)
a

Jumat, 03 Februari 2012

Berburu Cacing Sutera Mengejar Sejahtera


Tulungahgung | Jatimnet - Cacing sutera (Tubifex) hidup berkoloni di perairan yang kaya akan bahan organik. Di dalam tubuh cacing sutera terkandung kira-kira 57% protein dan 13% lemak, yang oleh karena itu merupakan pakan yang baik untuk ikan, tidak terkecuali ikan yang dipelihara manusia seperti lele atau ikan hias
    Bentuk cacing sutera kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan  (panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Makanya sering pula disebut cacing rambut atau cacing darah karena warnanya kemerah-merahan.
    Cacing ini hidup nya memiliki ketergantungan adanya air dan hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm. Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur dan mudah dikembang biakkan dengan cara diternak.
    Di Kabupaten Tulungagung, sungai Ngrowo telah takasing lagi karena sungai Ngrowo memiliki historis keberadaan Kabupaten Tulungagung. Hal itu mengingat Tulungagung merupakan daerah yang memiliki banyak rawa yang mewarnai sejarah Tulungagung.
    Sungai Ngrowo, saat ini menjadi tumpuan beberapa warga setempat dan memberi berkah dengan banyaknya cacing sutera. Dari beberapa sumber yang diinfokan ke liputan Jatimnet Tulungagung, sungai ngrowo sedikitnya sejak lima tahun silam menjadi sumber penghasilan.
    Saat ini, cacing sutera tiap kaleng susu harnganya berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu. Pantauan Jatyimnet kemarin di Sungai Ngrowo, warga sejak pukul 07.00 wib telah turun ke sungai untuk mengais rejeki dengan melakukan pencarian cacing.
    Pada pukul 09.00 wib sedikitnya terdapat 12 warga dan kian siang jumlah warga yang mengais rejeki mencari cacing sutera untuk pakan ikan hias. Cacing Sutera sendiri saat ini juga dibutuhkan manca negara sebagai komoditi eksport.
    Pengepul, pedagang dan peternak ikan hias di tulungnagung sendiri yang jumlahnya melonjak. merupakan berkah warga setempat. Cacing sutera di sungai Ngrowo tanpa dilakukan pembibitan atau perawatan telah banyak bertebaran dan mudah dicari.
    Banyaknya cacing sutera di sungai Ngrowo patut disukuri karena jumlahnya melimpah tanpa harus bersusah payah melakukan ternak cacing Sutera yang sangat menjanjikan meningkatkan pendapatan warga. (Bayu)

Kamis, 02 Februari 2012

Di Tulungagung Kue Tart Namanya DAK ?


 
Tulungagung | Jatimnet - Kilas balik, beberapa bulan lalu ketika Republik Indonesia memperingati dikumandangkannya  teks Proklamasi yang dibacakan oleh Ir Soekarno dan Bung Hatta di Pegangsaan Timur 56 Jakarta, di gedung bersejarah yang ada di jl Tunjungan Surabaya juga terjadi pertemuan.
    Pertemuan bukan untuk membahas bagaimana meningkatkan pembangunan disegala sektor untuk mengisi kemerdekaan dan upaya agar di hari-hari mendatang generasi penerus bisa menjadi tumpuan karena memiliki bekal ilmu pendidikan yang cukup dan menjaga agar tiada penjajahan lagi.
    A.Boegank dari Pagung (Paguyupan Lembaga Swadaya Tulungagung) telah mengeluarkan siaran Pers sehubungan ada bisik-bisik bahwa di Tulungangung terdapat Kue Tart (Namanya DAK ? yang bakal dinikmati oleh beberapa oknum pejabat ber moblil plat merah awal AG.
    Dalam siaran persnya, disampaikan Paggung bahwa ketikabBertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan, bukannya bagaimana merenungkan hari kemerdekaan & bagaimana mengisinya dengan hal berguna, agar negara ini bisa maju, tapi malah beraktifitas & ber-konspirasi merencanakan korupsi dana pendidikan yang seharusnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan & mencerdaskan generasi penerus bangsa.
    Disebutkan dalam siaran persnya,  patut diduga telah dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung, Bambang, Kepala Bagian keuangan Kabupaten Tulungagung, Fauzi, bersama mafia pendidikan yang sudah beberapa kali diberitakan oleh media massa yakni Inggarwati'
    Inggar yang mengakunya utusan Distributor produk pendidikan di Jawa Timur, PT. Cipta Inti Surabaya, dan juga mendapat mandat dari PT. Bintang Ilmu dan PT Mapan yang meng-klaim sebagai Distributor Tunggal untuk produk2 peningkatan mutu pendidikan dari kementrian pendidikan nasional.
    Selain itu juga Rudi yang mengaku utusan dari Kadin (kamar Dagang dan Industri) Jawa Timur, dan beberapa orang lagi yang mengaku utusan dari DPRD Kabupaten Tulungagung serta beberapa orang pengusaha.
    Tim LSM Tulungagung yang sudah lama menduga bahwa banyak korupsi di Tulungagung direncanakan dliuar kota, setelah mendapatkan info, lalu membuntuti kepergian beberapa pejabat penting Tulungagung ini.
    Biasanya pertemuan2 pejabat dan para mafia koruptor iu dilakukan ditempat hiburan malam, (dugem) mungkin karena bulan ramadhan, waktu dibuntuti para pejabat itu pergi ke hotel Elmi kota Surabaya.
    Saat mereka tak sengaja melihat bahwa ada beberapa anggota LSM dari Tulungagung ternyata ada di Hotel Elmi juga, maka pertemuan kelihatan terburu2 dan mereka bergegas pergi bersama2 entah kemana.
    Agar tidak ketahuan membuntuti, akhirnya hanya 1 orang rekan LSM yang membuntuti, untuk melihat apakah pertemuan itu bubar, ataukan dilanjutkan ketempat lain. Ternyata rapat dilanjutkan ketempat lain, yakni di restoran di hotel Mojopahit Surabaya.
    Mungkin merasa aman karena tidak melihat lagi kerumunan LSM dari Tulungagung, akhirnya pertemuan mereka itu dilanjutkan. Mereka tidak mengetahui bahwa ada satu anggota LSM Tulungagung yang mengintip pertemuan itu.
    Disampaikan oleh Pagung dalam siaran persnya, bahwa pekerjaan untuk peningkatan mutu pendidikan akan diberikan kepada Inggarwati, Rudi dan pengusaha yang mewakili kepentingan DPRD.
    Maka pekerjaan akan mulai diatur agar dalam pelelangan dokumennya diatur, juga mekanismenya diatur, agar orang lain tidak bisa mengikuti pelelangan dan atau mengatur panitia agar memenangkan Inggarwati atau orang-orangnya.
    Dalam pertemuan itu Inggarwati menjamin, meskipun nanti mekanismenya agak menyimpang, tidak perlu kuatir jika dilaporkan oleh para LSM, karena menurut Inggarwati, dirinya diback-up oleh pejabat tinggi kejaksaan agung.
    Sehingga nanti jika ada laporan dari LSM pada kejaksaan negeri ataupun kejaksaan tinggi, pasti aparat kejaksaan di Jawa Timur tidak akan berani memeriksa pekerjaan ini (terdengar nama Marwan, yang katanya merupakan pejabat yang cukup kuat di kejaksaan agung, entah apa jabatannya)
    Menurut Inggarwati dibeberapa daerah yang dia mengerjakan pekerjaan peningkatan mutu pendidikan yang dibiayai dana DAK pendidikan, meski ada mekanisme yang tidak terlalu sesuai dengan aturan, dan tidak sesuai dokumen pelelangan RKS serta barang yang dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi dari kementrian pendidikan.
    Hal itu terbukti aman-aman saja, dia menyebutkan kabupaten probolinggo, kabupaten lumajang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Ngawi dan beberapa tempat lagi diluar Jawa Timur. Yang penting bagaimana panitia mau memenangkan Inggarwati atau orang2nya. Karena selain punya backing dan menjalankan perintah dari oknum di kejaksaan agung yang bernama Marwan tadi untuk mencarikan "dana operasional", juga aparat hukum di jawa Timur dan beberapa tempat lain telah menerima jasa baiknya, baik promosi jabatan ataupun juga mendapat "setoran" rutin darinya.
    Hal ini ditambahi oleh orang yang bernama Rudi yang mengaku suruhan dari Kadin jawa timur, bahwa seperti yang dilakukan Rudi sebagai penyedia kain dan seragam untuk para pegawai negeri di hampir seluruh kabupaten di Jawa Timur, menyatakan menjamin aman, karena seperti pengadaan kain dan seragam para pegawai negeri tadi, meski bahan kain tidak sesuai spesifikasi dan mutu yang ditentukan, tapi terbukti aman2 saja, karena selain di backing oleh Ketua Kadin Jawa Timur, juga rutin memberi setoran untuk memelihara aparat hukum.
    Selain itu juga dijamin dari proses pengadaan tersebut, dinas pendidikan dan pejabat di Tulungagung, baik pejabat kabupaten dan DPRD akan mendapatkan bagian yang besar, sekitar 25%-30% dari nilai proyek.
    Bahkan, Inggarwati, Rudi cs berjanji akan membantu mengatasi masalah hukum yang akan timbul dari penyelewengan pembangunan gedung sekolah2 yang didanai oleh dana DAK pendidikan tahun 2010, maupun tahun2 sebelumnya.
    Karena sudah rahasia umum, meskipun selama bertahun2 mendapat dana DAK pendidikan untuk pembangunan dan rehabilitasi bangunan sekolah lebih dari 5 tahun berturut2, sekolah di Tulungagung yang mendapatkan dana itu, sekolah tetap hancur.
    Kemana dana pembangunan itu? beberapa waku yang lalu sempat diperiksa oleh aparat hukum, termasuk adanya pembelian mebelair (meja kursi) untuk murid dan guru, ternyata yang ada bukan pembelian, tapi barang lama diperbaiki dan dicat/ dipernis, agar tampak baru. dan itu dalam laporan keuangan ditulis bahwa membeli mebelair baru dengan besar anggaran adalah sebesar pembelian mebelair baru.
    Kasus ini pernah diberitakan oleh media massa, dan sempat diperiksa aparat, ternyata kemudian tidak ada kabar beritanya.
    Jadi selain mafia perampok uang negara, rupanya juga mengaku sebagai markus (makelar kasus) dengan klaim sebagai suruhan oknum pejabat kejaksaan agung tadi.
Sumber Warta :  Paguyuban LSM Tulungagung

Rabu, 01 Februari 2012

Pemkab Tulungagung Abaikan Atlit Pelajar

Tulungaggung | Jatimnet Online - Slogan memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat benar-benar hanya sebuah slogan tanpa adanya penanganan dan terkesan peduli terhadap alet hanya sekedar wacana.
    Tulungagung yang memiliki 'bibit emas' warganya menjadi atlit, bagi beberapa atlitnya hanya mampu gigit jari karena tak ada perhatian terhadap perjuangan untuk menggapai prestasi. Tragisnya, pelaksanaan pertandingan Inkai tingkat pelajar kering dukungan dana.
    Info yang diperoleh Jatimnet, Kegiatan pertadingan yang motrori oleh Cahyo Kurniawan mantan Ketua PDIP harus 'urunan' karena pihak Pemkab Tulungagung melarang pihak KONI mengeluarakan anggaran untuk event tersebut.
    Selain adanya pelarangan tersebut, dari lembaga pendidikan yang siswa dan siswi SLTP dan SLTA yang ada di wilayahnya ikut-ikutan menutup kran dukungan, khususnya soal kepedulian prestasi anak didik.
    Hal ini menjadikan preseden buruk bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung yang tak ada kepedulian terhadap olah raga bagi pelajar Tulungagung dalam berlaga di arena lomba akibat adanya pelarangan pengucuran dana dari pihak Pemkab.
    Gelar pertandingan 31/01/2012 lalu, menurut Cahyo Kurniawan bahwa pertandingan yang diselenggarakan Inkai untuk tingkat pelajar se Kabupaten Tulungagung  diikuti pelajar SLTP dan SLTA diikuti 100 peserta dengan kondisi yang sangat memprihatinkan karena tak ada kucuran dari KONI.
    Ketidak pedulian pihak lembaga terkait di Pemkab Tulungagung itu sangat disayangkan, dengan keadaan tanpa ada kucuran dana, dikatakan Cahyo bahwa pelaksanaan lomba dananya terpasa 'urunan' untuk suksesnya acara sekaligus kepedulian mencari bibit atlit asal daerah Tulungagung.
    Masih menurut Cahyo, Inkai Tulungaggung saat ini memiliki beberapa atlit yang ada di PB yang akan ditandingkan pada tingkat Internasional bulan April mendatang.(bayu)

ARSIP BERITA PILIHAN

  © JATIMNET Online ...Berita Investigasi.Wartawan . Jawa Timur

Ke : HALAMAN UTAMA